Friday, January 29, 2016

9 months roller coaster of love.

I know I have abandoned my blog for a long time.
Saya sudah tidak pernah menulis blog ini sejak tahun 2013. Actually I don't know where to start.
Akhirnya setelah dukungan dari berbagai pihak dan banyak yang bertanya apa yang terjadi setelah saya post foto-foto saya beberapa waktu lalu di instagram . Saya mencoba memberanikan diri untuk menulis apa yang terjadi pada saya.
2.5 years have passed. Dan sudah banyak yang terjadi dalam hidup saya.
2014 disibukkan dengan berbagai hal persiapan pernikahan dari foto prewedding, gaun, dan segala macam detail yang cukup menyita waktu dan tenaga.
Saya dan Anthony menikah tanggal 21 Januari 2015.
Pada saat sebelum menikah, kami sempat berdiskusi untuk menikmati 'masa pacaran' berdua selama setahun terlebih dahulu sebelum memiliki anak.

FIRST TRIMESTER
Sebulan setelah menikah, saya telat menstruasi, yang dimana biasanya saya tidak pernah telat. Lalu saya beli testpack di apotek. (ya, saya langsung beli 2)
Keesokan harinya saya langsung test, dan hasilnya ternyata positif.
Waktu itu suami saya masih tidur, dan saya langsung bilang, "aku hamil!" 
Dia dengan setengah tertidur, bilang "Wow. Selamat!" ya, respons yang 'sangat datar' haha
Tapi karena masih belum yakin, keesokan harinya saya test lagi. Dan hasilnya sama.
Akhirnya saya bilang "yuk, kita ke dokter"
Cek awal kehamilan kami dengan dr Tjien Ronny di RSIA Family.
Dan ternyata saya sudah hamil 6 minggu.
Keluarga dekat kami menyambut dengan sangat gembira. Mereka mulai sibuk memberikan semua makanan yang baik untuk ibu hamil.
Makan A ya, biar anaknya pintar
Minum B ya, biar kulitnya mulus dan putih dan seterusnya
Karena ini merupakan cucu pertama untuk keluarga saya. Dan juga suami saya adalah anak laki-laki pertama. Dalam tradisi kami, berarti ini adalah cucu pertama dari anak laki-laki mereka. 

Saat kontrol ke 2, saya sempat tanya ke dokter, "dok, perlu ga minum protein?"
dr Tjien dengan santainya bilang "Tanya mama kamu dulu pas hamil kamu ada minum protein ga? Ga kan? Sekarang kamu bego ga? Sekarang orang-orang suka minum ini itu, jadinya anaknya kepintaran jadi ga bisa diem" (Ya, memang dia typical orang yang sangat blak-blakan ketika berbicara)
Pada saat kontrol minggu ke 12, kami mulai bertanya-tanya apa jenis kelaminnya?
Waktu itu dede belum terlihat jenis kelaminnya. 
Ketika USG dr bilang, "dede nya blom mau kasih liat nih. Tapi kalau kamu mau tau, kamu bisa test NIPT (Non-Invasive Prenatal Testing)Metode nya dengan pengambilan darah ibu, disana kamu bisa langsung tau jenis kelamin, ada/tidak kelainan kromosom, dll. Ini test baru di Indonesia dan dikirim ke Taiwan dan hasilnya dikirim kembali ke Indonesia dalam 2 minggu."

Setelah pulang, saya dan suami berdiskusi dan memutuskan untuk sabar menunggu jadwal kontrol berikutnya. Dan juga karena tidak ada history kelainan apa-apa pada keluarga kedua belah pihak, kami memutuskan untuk tidak perlu test NIPT. Waktu itu kami sempat berpikir, kalo nanti test dan ternyata ada sesuatu, kita harus bagaimana? Lebih baik tidak tahu dan menjalani kehamilan dengan normal.
Kehamilan saya, saya jalani dengan santai, saya juga sempat post di Instagram tentang kehamilan saya dan semua orang mulai memberikan ucapan selamat dll.
Trimester pertama saya seperti ibu hamil pada umumnya. Morning sickness, saya mual mencium bau parfum suami saya. Saya juga tidak tahan mencium bau nasi yang baru matang. Bawaannya hanya ingin tidur. 
Sampai suami saya bilang, "kamu harus tetap segar donk walaupun hamil" 
Tapi saya waktu itu sempat berpikir, "apa kuat ini masih panjang loh perjalanan hamilnya"

SECOND TRIMESTER

Pada minggu ke 16, kami kontrol ke dr Gahrani, (karena dr Tjien ramai sekali, dan bisa ngantri sampai jam 11-12 malam!) atas rekomendasi dari teman-teman.
Saya ke RS Grha Kedoya karena lebih dekat dengan rumah. 
Saat kontrol, dr bilang, ukuran lingkar kepala dede lebih kecil dari normal. Jadi saya diminta untuk banyak makan zat besi. Dan waktu itu dokter belum yakin dengan jenis kelaminnya, karena masih tertutup juga. Mungkin dede malu :)
Akhirnya saya tiap hari harus makan ati ayam, bayam, dll. Saya cari semua makanan sumber zat besi, dan makan setiap hari selama sebulan ke depan.
Kontrol minggu ke 20, akhirnya dokter bilang ukuran lingkar kepala sudah normal dan kelihatan jelas jenis kelaminnya perempuan. Finally! :)
(walaupun sebenarnya suami saya pengen anak laki-laki katanya untuk menemani dia nonton pertandingan sepak bola terutama untuk mendukung klub favoritnya-Manchester United)
Sewaktu saya bilang, "Yah, ga ada yang nemenin kamu nonton bola deh"
Dia jawab dengan santai, "Cewek juga bisa nonton bola hehe"

Waktu itu saya dan suami berencana babymoon ke Thailand selama 1 minggu. Tapi sebelum pergi kami sempat USG 4d di RSIA Family dengan dr Johan.

USG 4D (Pertama)

Kenapa saya bilang pertama? Karena setelah ini saya USG berkali-berkali.
Saat USG, dede selalu menutupi mukanya. 
Dokter sampai bilang,
"semoga bandel nya di dalam aja. Pas keluar jangan bandel ya."
Setelah di goyang sana-sini, dr bilang,
"saya belom dapat smuanya. Karena dede di dalam ga mau pindah posisi. Coba kamu keluar jalan-jalan dulu makan 30 menit. Nanti masuk lagi ya"

Kami akhirnya makan bakso di depan Rs. Setelah itu kembali lagi ke ruangan USG. Akhirnya waktu itu dapat mukanya dede. 
Dan dr bilang,
"akhirnya dapat juga foto mukanya walaupun agak menyamping, ini maksimal dia mau kasih liatnya. Tapi jantung nya saya agak kurang jelas nih."
Akhirnya beberapa menit berikutnya dihabiskan dokter hanya untuk mendapatkan foto jantung.

Setelah selesai USG, dr Johan tidak banyak menjelaskan dan hanya berkata, 
"Nanti dr Gahrani ya yang jelasin semuanya"
Saat itu saya sudah mulai khawatir dan bertanya-tanya ada apa sebenarnya. 
Tapi suami berusaha untuk tenang dan bilang,  
"ga ada apa-apa. Kalau ada apa-apa dr pasti ngomong tadi."

Akhirnya kami pergi ke Bangkok dan menikmati liburan kami. Dan kami juga sempat berbelanja beberapa perlengkapan bayi di sana. Lucu-lucu sekali semua barang-barang bayi. Rasanya ingin membeli semua baju-bajunya.
Setelah pulang dari Bangkok, kontrol minggu ke 22. 

Sewaktu masuk ke ruangan, dr Gahrani menyambut kami dengan,

"Ada yang kurang bagus ya dari hasil USG 4D kemarin"

Dia menjelaskan bahwa katup pada jantung dede tidak menutup sempurna. Tapi banyak bayi yang dengan sendirinya menjelang kelahiran mulai menutup sempurna. Kalau tidak menutup sempurna, mungkin setelah lahir nanti dilihat apa perlu pasang ring atau tidak. Dan saya diminta untuk tidak boleh sakit lagi selama sisa kehamilan ini. Baik flu, batuk atau lainnya.
Ya malam itu, pertama kali nya saya mulai mendengar istilah-istilah penyakit jantung yang dulunya sangat asing dan ga pernah terdengar sama sekali.
Setelah pulang, malam itu saya tidak bisa tidur. Saya mulai browsing tentang kelainan jantung bawaan pada bayi.

Akhirnya jam 2 pagi, saya bilang ke suami saya yang waktu itu sudah tertidur,
"besok pagi kita ke dr Dario ya USG 4d sekali lagi. Siapa tau ada yang salah"

USG 4D (Kedua)
Keesokan harinya saya dan suami ke Rs Medistra untuk bertemu dengan dr Dario.
Setelah menunggu 2 jam, kami diperbolehkan masuk ke ruangan. 
Ketika dr Dario mulai USG, dia bertanya,
"Kalian sudah berapa lama menikah? Anak pertama ya?"
Mungkin dia ingin berhati-hati sebelum menyampaikan diagnosanya.

Kami menjawab,
"kami baru menikah awal tahun. Dan ini anak pertama kami."

Lalu dia mulai mejelaskan diagnosanya,
"Ini yang saya lihat bukan katup tidak menutup sempurna, tapi jantung kirinya sama sekali tidak ada. Jantung kiri tidak berkembang. Istilahnya HLHS (Hypoplastic Left Heart Syndrome) Ini tidak mungkin bertahan. Kalaupun lahir, dia ga akan bisa bernafas sendiri. Dia pasti biru. Karena tidak bisa memompa oksigen ke seluruh tubuhnya. Dan langsung meninggal dalam hitungan jam atau hari."

Waktu itu saya dan suami sangat kaget luar biasa, alih-alih dapat kabar lebih baik. Kami mendapatkan kabar yang tidak akan pernah satu orang tua pun ingin berada dalam posisi kami. 

Setelah beberapa saat, dr Dario mulai memperhatikan bentuk tangan, kaki, kepala, dll. Dan dia mulai berkata lagi 
"Ini kamu pernah liat dia buka tangan ga pas 12 minggu? Kalau saya lihat, dia tanggannya selalu terkepal dan jari-jari seperti menumpuk (clenched hands). Ini salah satu ciri kelainan kromosom. Kalau bayi normal, seharusnya tangan nya mau membuka. Dan kalau memang kelainan kromosom, mungkin dia ga akan bertahan sampai usia kehamilan cukup."

Saya di dalam ruangan selama 1,5 jam, dimana kami dibilang seharusnya tidak perlu mempertahankan kehamilan ini. Karena toh tidak ada gunanya nanti cuma bikin capek saja. Akan sangat sakit untuk lahir normal dan apabila operasi sesar hanya akan meninggalkan luka, tapi bayi nya juga tidak akan survive. Kami bisa mengugurkan kandungan ini dan mempersiapkan kehamilan berikutnya. Karena ini bukan merupakan keturunan, hanya sebuah kebetulan.
Siang itu seharusnya saya dan suami masih ada janji untuk makan siang dengan teman kami di Grand Indonesia. Kami akhirnya membatalkan semua janji kami dan langsung pulang ke rumah.

Selama perjalanan, kami hanya diam. Tidak ada kata yang bisa diucapkan. Karena kami juga tidak tahu kata apa yang baik untuk diucapkan.
"Dokternya salah?"
"Apa kita harus buang?"
"Dokternya berlebihan. Ga mungkin ini semua. Selama ini semua baik-baik saja. Tidak ada keluhan apapun"
Semua pertanyaan hanya ada di dalam hati, karena kami tahu mungkin perkataan kita saat itu hanya akan memperkeruh suasana. (Saya sempat menitikan air mata saat menulis bagian ini. Bukan karena sedih ato penyesalan. Tapi ini merupakan titik dimana saya harus mengambil keputusan paling berat dalam hidup saya)

Sampai di rumah, kami berdua menangis sambil berpelukan tanpa berkata apa-apa.
Lalu kedua orang tua saya datang. Dan mertua saya yang tinggal di Medan juga terus menelpon untuk mengetahui kondisi pastinya.
Hari itu semua anggota keluarga kami menangis. Ternyata dede sudah sangat dicintai oleh kita semua walaupun baru 5 bulan di dalam kandungan saya. Tidak ada yang menyangka kami harus mengalami hal seperti ini. Ya ini ujian di tahun pertama pernikahan kami.
Sempat saya langsung di judge, ini karena saya disuruh minum A tapi saya ga mau minum. Saat itu saya benar-benar sudah sangat down. Saya benar-benar merasa bersalah karena selama ini saya yang mengandung. Ditambah dengan banyak 'omongan' orang.

Sore itu di hari yang sama kami pergi ke RSIA Family lagi dan bertemu dengan dr Tjien Ronny.
Dr Tjien bilang,
"Memang jantung tidak kelihatan normal. Kalau begini kamu harus siapin BPJS dan lahiran di RS Harapan Kita. Karena di sana pusatnya RS Jantung di Indonesia. Apabila ketika lahir perlu ditangani bisa langsung ditangani di sana." 
Setelah diagnosa dr Dario, kami sempat menanyakan lagi untuk cek kromosom. 
Dan dia bilang "Untuk cek kelainan kromosom, itu juga buat apa? Toh sekarang juga cuma bisa melanjutkan kehamilan. Dan tidak ada yang bisa dilakukan." (dr Tjien Ronny memang dikenal sangat menentang aborsi)

Akhirnya malam itu kami pulang dengan perasaan pasrah, berharap semoga dokter salah, dan semoga ada keajaiban.

Keesokan harinya saya bangun, saya bilang ke suami saya.
"Aku mau lanjutin kehamilan ini. Apapun yang terjadi aku lanjutin kehamilan ini. Tuhan berikan, biar Tuhan yang ambil. Kalau dede nyaman di dalam perut saya selama 9 bulan, biar dede bersenang-senang di perut saya. Kalao memang jodoh saya dengan dede cuma 9 bulan di dalam perut. Saya ikhlas. Kalau nanti lahir dede cuma bertahan beberapa hari, saya terima. Asal jangan ada yang ambil paksa dede dari saya sekarang. Karena saya akan menyesal sepanjang hidup saya."

Awalnya Suami saya kurang setuju, dia menjawab,
"nanti takut psikologis kamu yang terganggu. kita akan menunggu hari kelahiran dia sama dengan hari kematian dia. Kalau lahir, apa kamu kuat lihat anak kita ditusuk sana sini?"

Saya cuma menjawab
"Ya. Aku yakin. Ini sudah keputusan aku."

Akhirnya suami saya menyetujui keputusan saya dengan satu kondisi, saya harus membuktikan saya kuat.

Setelah keputusan kami berdua untuk melanjutkan kehamilan, masalah dimulai dengan ketidak-setujuan kedua papa kami. Mereka beranggapan, kalao dr sudah bilang tidak akan bertahan terus kenapa kita harus tetap melanjutkan kehamilan.

Waktu itu hati kecil saya cuma berkata,
"Saya ingin berbuat sesuatu untuk dede. Saya tidak mau menyerah. Karena dede di dalam kandungan juga sedang berjuang untuk hidup."

Dua minggu setelah itu kami lalui dengan sangat berat. Kami mulai tidak nyaman saat orang mulai bertanya tentang kehamilan saya. Dan kami hanya bercerita ke beberapa teman dan saudara terdekat tentang masalah ini. Saya juga tidak pernah membahas tentang kehamilan saya lagi di social media. Dan kadang ada sedikit perasaan iri dan sedih setiap melihat post teman/saudara tentang kehamilan dan kelahiran bayi mereka.
Salah satu alasan saya waktu itu untuk tidak bercerita ke orang karena kadang masih banyak perkataan orang yang bisa membuat saya cepat tersinggung. Banyak perkataan yang bisa membuat saya down.
"Mungkin karena kamu pelihara anjing"
"Mungkin kamu kurang makan ini"
"Mungkin sel kamu dan suami tidak cocok"
"Kamu ga cek darah ya awal kehamilan untuk tahu virusnya"
Ya, Saya ada cek, dan tidak ada masalah dengan hasil cek darah saya. Dan ini bukan karena virus. Rasanya saat itu saya ingin bilang, lebih baik kamu diam kalau tidak tahu, kamu cukup tersenyum memberikan semangat ke saya. Itu saja sudah lebih dari cukup.

Semakin lama, semakin banyak kata 'MUNGKIN' dari orang-orang yang bahkan tidak terlalu kita kenal. Sekarang saya mulai merasa, sesuatu hal yang dimulai dengan kata 'MUNGKIN' sebaiknya tidak usah diucapkan.
Dan pada kasus saya. Kelainan kromosom itu terjadi pada saat pembelahan. Bertemunya sperma dan ovum. Bukan karena apa yang terjadi saat proses kehamilan. Bukan karena makanan, bukan karena lingkungan. Kalau istilah orang awam, memang dikasihnya Tuhan begini dari awal.
Ini saya yang kasusnya kelainan kromosom, kalau ibu hamil yang terinfeksi virus rubella/toxo/yang lainnya. Mereka juga tidak ingin terinfeksi virus tersebut. Jadi tidak perlu lah kita menambah beban mereka dengan secara 'tidak langsung' menyalahkan ibunya. 'MUNGKIN INI' atau 'MUNGKIN ITU'. Semua ibu pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Mereka sudah cukup berat melewati harinya. Tidak usah kita menambah beban mereka dengan perkataan yang tidak perlu.

Saya sering menangis setiap malam. Saya merasa sepertinya tidak adil. Orang-orang menikmati kehamilan mereka dengan lancar dan menanti kelahiran dengan bahagia. Saya kadang menangis saat suami saya tertidur karena saya tidak ingin dia tahu. I cried on my bed, sometimes in the bathroom. Saya memutuskan untuk melanjutkan kehamilan ini, saya harus terlihat kuat di depan suami saya. 
Sampai suatu malam, saat suami cerita ke temannya, saya kesal dia cerita ke orang-orang. Saya ga mau semua orang tahu. Saya ga mau orang-orang kasihan sama saya.
Dan suami saya bilang ke saya,
"Ga ada yang kasihanin kamu. Kalao kamu ga mau dikasihani, kamu tunjukin kamu ga perlu dikasihani" 
Kata-kata ini yang selalu saya ingat sampai sekarang.
Teman suami saya menyarankan kami 4D sekali lagi ke dr Bambang Karsono di Menteng.

USG 4D (ketiga)
Setelah perjanjian 2 minggu sebelumnya, akhirnya tiba jadwal kami ke dr Bambang untuk USG 4d (lagi). dr Bambang juga tidak banyak memberikan penjelasan. 
Dia hanya bilang, seperti dr sebelumnya, ada kelainan jantung, hipoplastik jantung kiri. Di Indonesia masih sedikit sekali kasus ini. Dan kemungkinan hidup sangat kecil. Karena ketika lahir harus langsung masuk meja operasi. Dan harus melewati beberapa tahap operasi besar. 
Dan saran dia hanya, sebaiknya lahir di Rs Harapan Kita agar dapat penanganan terbaik untuk jantungnya. Waktu itu dia juga ada memberikan catatan bahwa pembuluh darah arteri saya hanya satu (Single Umbilical Artery). Sebelum USG selesai, beliau sempat bertanya, 
"mau foto mukanya ga?"
"ga usah dok,"  jawab kami.
Ya saat itu kami USG 4D bukan ingin melihat mukanya. Bukan untuk tahu mirip siapa dia? Pesek atau mancung? Bukan seperti para orang tua lainnya yang sangat antusias untuk melihat jelas muka bayi di dalam kandungan. Bagi kami hal itu tidak penting saat ini. Kami hanya menginginkan ada keajaiban bahwa diagnosa sebelumnya salah. Tetapi sepertinya belum ada keajaiban yang terjadi.
Dan dia minta kami datang kembali bulan depan untuk evaluasi berikutnya.  
Selama itu, saya belum menemukan dokter kandungan yang tepat di RSAB Harapan Kita. Akhirnya setelah satu bulan, tepatnya pada saat usia kehamilan 29 minggu saya kembali ke dr Bambang untuk kontrol USG. Dan hasilnya tetap sama, suspek hipoplasi jantung kiri, dan single umbilical artery. Selebihnya tidak ada masalah pada kehamilan saya. Dan kami disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter jantung di Harapan Kita untuk referensi penanganan setelah kelahiran. 

THIRD TRIMESTER

Fetal Echo dengan dr Poppy S Roebiono 

Di awal trimester ketiga, kami mencari dokter jantung anak di RS Harapan Kita untuk berkonsultasi. Akhirnya kami dijadwalkan untuk Fetal Echo dengan dr Poppy (USG hanya fokus pada jantungnya) pada minggu ke 32.
Selama fetal echo berlangsung, saya cuma berdoa dan didampingi suami saya di sebelah saya dan dr Poppy tidak berbicara sama sekali. Setelah 1 jam fetal echo, dr Poppy mulai mejelaskan bahwa kasus kami bukan HLHS murni, dimana tidak smua bagian jantung kiri nya tidak berkembang. Sehingga kemungkinan hidup nya besar dan di Indonesia sudah sering kasus seperti ini. Walaupun tetap akan ada 3 tahap tindakan, tapi dr Poppy bilang mereka sudah sering menangani ini.
Saat itu, rasanya saya seperti menemukan titik terang setelah 2 bulan terakhir ini. Saya langsung minta ijin ke toilet. Dan ya, saya menangis di toilet. Saya sangat bahagia saat itu. Suami saya yang selalu menemani saya saat ke dokter (tidak pernah sekalipun dia tidak menemani saya) juga langsung menelpon mamanya untuk mengabarkan, bahwa sekarang ada harapan, tidak seperti diagnosis sebelumnya yang selalu bilang ini tidak ada harapan.
Saya melewati kehamilan saya dengan sangat baik dan pada akhirnya sampai disaat saya harus mencari dokter kandungan untuk membantu saya melahirkan. Karena saya juga sebenarnya sudah mulai capai pergi ke berbagai dokter dan harus mendengarkan diagnosa yang tidak menyenangkan. Saya mulai mencari dokter-dokter di RSAB Harapan kita, dan akhirnya saya memilih dr Erdwin Rakun. Pertama bertemu dengan dr Erdwin, dia sangat ramah dan humoris. Tetapi sesaat setelah melihat rekam medik kami dan melihat semua hasil USG kehamilan saya. Dia dengan raut wajah yang berubah menjadi sangat serius bilang, 
"Ada kelainan jantung dan SUA. Ini kemungkinan 50% ada kelainan kromosom. Kalau ada kelainan kromosom, kita tinggal tunggu dia lahir dan tidak ada yang bisa kita lakukan"

Setelah mendapat berita baik dari hasil fetal echo. Kata 'Kelainan kromosom' muncul lagi. 
Dan saya belum memahami sepenuhnya perkataan dokter waktu itu. Kenapa tidak ada yang bisa kita lakuin? 
dr Erdwin sempat bertanya,
"apa mau diambil air ketuban untuk memastikan ada tidaknya kelainan kromosom?"
"kalao tau bisa apa dok sekarang? Apa ada resikonya?" jawab saya.
"Ga ada. Cuma kita bisa tau lebih cepat. Kalao resiko untuk ibu ga ada. Untuk bayi ya ada resikonya"
"Ya udah dok, tinggal 1 bulan lebih. Tunggu lahir aja ya daripada bayi nya kenapa-kenapa"
dr Erdwin menyarankan untuk USG sekali lagi ke dr Irvan Adenin di Rs yang sama. 
Saat USG, dr Irvan sempat menyebut kemungkinan Trisomi 13 atau Trisomi 18. Dilihat dari adanya cairan di otaknya. Saat itu, saya berpikir, apalagi itu. Saya google dan semua sangat mengerikan.
Waktu itu saya bilang sama suami, 
"Udah deh ga usah denger kata dokter lagi mau bilang apa. Tunggu lahir saja nanti kita lihat semua ya"

Saat itu teman kami, Hendra kusuma (IG @mr_hendra) yang juga photographer, menawarkan untuk maternity shoot. Saya dalam hati bilang, apa perlu ya? Saya malas mempersiapkan makeup, baju dll. Kami tidak terlalu excited dengan ini. Fokus saya benar-benar saat itu saya ingin ada keajaiban, anak saya sehat. Tetapi pada akhirnya kami tetap foto maternity. Dengan hanya baju pinjaman dari studio teman saya itu. Dan makeup ala kadarnya. hehe. Here are some of the photos. Yes, I do love the photo so much! Sesi pemotretan kami benar-benar penuh dengan tawa. Setelah selesai foto, sewaktu memilih foto untuk di edit. Saya juga tidak benar-benar antusias untuk memilih. Alhasil tidak ada foto yang di edit. hehe maaf ya pak photographer. Bukan tidak suka dengan hasil fotonya. Tapi saya waktu itu hanya berpikir tidak perlu lah diedit. toh tidak ada yang liat karena saya tidak berniat mempublish foto maternity saya seperti ibu hamil lainnya. Biar ga usah banyak yang tahu saya lagi hamil. Hanya untuk kenangan saya nantinya.


 


Di minggu ke 34, anjing maltese saya yang bernama Milo meninggal. Milo telah menemani saya selama 4 tahun terakhir. Kejadian yang sangat mengagetkan. Sangat tiba-tiba. Malam itu saya sedang berjalan-jalan dengan ke dua anjing saya. Dan tiba-tiba Milo digigit anjing tetangga. Pada saat itu saya berteriak meminta tolong, saya mencoba menyelamatkan Milo, tetapi di satu sisi saya yang dalam keadaan perut besar juga takut. Pada akhirnya Milo dilepaskan anjing tersebut, saya langsung lari pulang sambil menggendong Milo dan berteriak memanggil suami saya agar segera menyalakan mobil dan membawa Milo ke rumah sakit. Dalam perjalanan, Milo beberapa kali berteriak kesakitan. Sampai di Rs, dokter mengatakan harus langsung ada tindakan operasi karena ada rusuknya yang patah. Dan operasi kurang lebih memakan waktu 1-2 jam. Kami boleh meninggalkan dia dan menjenguknya besok pagi atau menunggu sampai operasi selesai. Karena waktu itu sekitar pukul 21.00 dan baju saya juga penuh darah Milo, saya dan suami saya memutuskan untuk pulang.
Setelah sampai di rumah, sekitar pukul 22.30 dokter menelpon kami dan mengatakan, kondisi Milo sangat kritis. Karena bukan saja rusuknya patah, tapi sudah terkena paru-parunya. Kami diijinkan untuk datang saat itu walaupun sudah bukan jam besuknya. Akhirnya kami ke RS lagi. Kami menemani Milo di saat-saat terakhirnya. Dan setelah melihat Milo sudah mulai segar, suami saya mengajak saya pulang karena saya juga harus istirahat. Sekitar pukul 00.00 kami tiba di rumah, dan baru saja mau memejamkan mata. Telepon berbunyi lagi, dan dokter mengatakan Milo baru saja pergi. Milo saat itu pasti menunggu kami pergi terlebih dahulu baru dia menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu saya sama sekali tidak menangis, karena saya tidak bisa menangis. Saya tahu saya tidak boleh terlalu bersedih, karena akan berdampak pada kehamilan saya. Ini merupakan ujian awal untuk saya. Mengajarkan saya bagaimana rasanya kehilangan. Dan kita harus tetap kuat untuk orang-orang disekitar kita.

Disaat bulan-bulan terakhir kehamilan, ibu-ibu hamil lainnya pasti sudah sibuk mempersiapkan kehadiran sang bayi. Dan saya bingung apa yang harus saya siapkan. Ditambah dengan duka yang baru saja saya alami. Beberapa teman merayakan baby shower untuk menyambut kedatangan sang bayi yang ditunggu-tunggu. Tapi saya? Apa saya menunggu hari di saat saya akan melahirkan? yang berarti saat itu saya harus siap dengan semua kenyataan yang ada. Jujur saya sempat berpikir, biar dede tetap di dalam kandungan. Dia baik-baik saja kok di dalam sini.
Saya bingung apa saya harus beli baju bayi lagi? Perlu beli stroller? Saya takut nanti kalau beli, bagaimana kalau tidak terpakai? Orang-orang sibuk membeli box bayi dan menyiapkan kamar bayi. Saya sampai seminggu sebelum kelahiran akhirnya baru memutuskan untuk membeli box bayi.

Saat itu banyak teman-teman yang bilang, "saya ga akan kuat seperti kamu" well, I don't have other choices. Do I?  Saya juga tidak mau dalam posisi ini. Siapa yang mau?
Dan setiap ada yang bertanya, apa rasanya sebentar lagi sudah akan menjadi ibu?
Saya pasti hanya menjawab dengan senyuman.
Karena dalam hati saya bilang, ya saya memang hamil sekarang. Tapi mungkin saya tidak mempunyai kesempatan untuk merawat anak saya. Saya tidak tahu dia akan bertahan berapa lama. Saya tidak tahu apa saya pantas mendapatkan gelar 'ibu'.

Saya tau ini akan menjadi perjalanan panjang, dan saya sangat menikmati setiap detik perjalanan ini. Saya hanya ingin dede tahu bahwa dia sangat dicintai oleh kami semua. Dan saya akan berusaha yang terbaik untuk dia. Saya rasa semua ibu akan mencintai anaknya apapun kekurangan dan kelebihannya.
Kontrol 35 minggu, dr Erdwin mengatakan, perut saya sedikit kecil dibanding kehamilan normal lainnya. Dan bayi saya juga beratnya kurang. Saya diminta makan es krim dan coklat tiap hari. Ya tiap hari. Dimana sebelum hamil, saya tidak suka coklat atau es krim. Jarang sekali makan es krim karena setiap habis makan es krim, malamnya saya selalu tidak berhenti bersin dan langsung flu keesokan harinya. 
Saya tetap paksa makan coklat dan es krim setiap hari. Saya langsung membeli banyak coklat dan es krim untuk ditaruh di rumah. Setiap hari saya harus menghabiskan satu bar coklat dan satu mangkok es krim untuk mengejar ketinggalan berat badan dede di dalam. 

Saya bilang sama dede waktu itu,
"kamu di dalam tenang saja ya. biar sekarang mama nya berjuang. Nanti kamu kalo dah keluar, kamu harus kuat ya. Soalnya nanti sudah ga ada mama yang bantuin kamu makan."
All I know that time, I LOVE her desperately. And all I can give to her is only LOVE.

Alhasil sebulan sebelum melahirkan, berat badan saya naik hampir 10 kg. Sampai saat terakhir kontrol sebelum kelahiran, akhirnya dibilang dede sudah 2.5 kg ! Senang sekali waktu itu. Walaupun saya saat itu sudah naik 16 kg! Dan kami menjadwalkan untuk melahirkan pada usia kehamilan 39 minggu tepatnya tanggal 11 Nov 2015 melalui operasi sesar. Karena apabila lahir normal, kami takut dede tidak kuat terhadap stress persalinan normal dan meninggal saat persalinan.